jelaskan bagaimana perkembangan yang paling mendasar dari pola kehidupan dan meramu ke pola kehidupan bercocok tanam
Sejarah
salsapalani
Pertanyaan
jelaskan bagaimana perkembangan yang paling mendasar dari pola kehidupan dan meramu ke pola kehidupan bercocok tanam
1 Jawaban
-
1. Jawaban Diaz221
Kehidupan Manusia Praaksara Masa Berburu dan Meramu sampai Bercocok Tanam
Kang Rezot 10/14/2016 Belajar, Sejarah
Tahukah anda bagaimana masyarakat praaksara mempertahankan hidupnya? Berdasarkan hasil penelitian berupa fosil dan artefak diperkirakan manusia praaksara awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu kemudian bercocok tanam.
Hidup mereka bergantung pada alam, untuk mempertahankan hidupnya mereka menerapkan pola hunian nomaden atau berpindah-pindah bergantung dari bahan makanan yang ada.
Kehidupan Manusia Praaksara Masa Berburu dan Meramu sampai Bercocok Tanam
Kehidupan berburu dan meramu dibagi menjadi tingkat awal dan tingkat lanjut, untuk mengetahui kehidupan masyarakat praaksara silahkan simak penjelasan berikut ini.
1. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Meramu)
Dalam kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan (meramu) dibagi menjadi berikut.
#1. Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Pada masa berburu dan meramu, lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan bumi masih labil. Pada saat itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup hutan yang lebat, serta berbagai binatang purba masih hidup di dalamnya.
Manusia pendukung pada masa itu adalah Pithecanthropus erectus dan Homo wajakensis. Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan (meramu) telah ada semenjak manusia muncul di permukaan bumi, begitu pula halnya dengan manusia Indonesia.
Kegiatan berburu dan meramu ini merupakan yang paling sederhana yang bisa dilakukan manusia, karena manusia dapat mengambil makanan secara langsung dari alam dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering).
Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Belum mengenal bercocok tanam.
Kebutuhan makan mereka bergantung pada alam sehingga cara mereka mencari makanan disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan makanan) dan berburu.
Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan (masih sangat kasar).
Manusia purba hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) seiring dengan usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada dua hal yang menyebabkan masyarakat berburu berpindah tempat, yaitu pertama karena binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami dan kedua karena musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
#2. Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut
Masa berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung setelah zaman pleistosen. Corak kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut masih terpengaruh pada masa sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Mereka hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan, menangkap ikan, dan dengan mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian, buah-buahan, daun-daunan, dan biji-bijian.
Alat-alat kehidupan yang digunakan pada berburu dan meramu tingkat lanjut, misalnya kapak genggam, flake, dan alat-alat dari tulang. Pada masa itu juga telah dikenal gerabah yang berfungsi sebagai wadah.
Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semisedenter. Ketika masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah yang cukup banyak, mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat.
Kemudian pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruan diawetkan dengan cara dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan. Mereka bertempat tinggal di gua-gua (abris sous roche). Mereka memilih gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas.
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut juga telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita yang tidak banyak terlibat dalam kegiatan perburuan, lebih banyak di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka.
Karena perhatian wanita ditunjukan kepada lingkungan yang terbatas, maka ia mampu memperluas pengetahuannya tentang seluk-beluk tumbuh-tumbuhan yang dapat dibudidayakan. Pada tingkat lanjut ini telah mengenal bercocok tanam meskipun dalam taraf yang sangat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah.
Mereka membuka lahan dengan cara menebang hutan, membakar, dan membersihkannya. Setelah tidak subur lagi, tanah tersebut mereka tinggal untuk mencari lahan yang baru.
Pada masyarakat berburu dan meramu diduga telah muncul kepercayaan. Buktinya adalah dengan ditemukannya bukti-bukti tentang penguburan yang ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur;Gua Sodong, Besuki, Jawa Timur; dan Bukit Kerang, Aceh Tamiang, Nangroe Aceh Darussalam.
Dari mayat-mayat yang dikuburkan tersebut ada yang ditaburi dengan cat merah. Diperkirakan cat tersebut berhubungan dengan upacara penguburan yang maksudnya adalah untuk membuktikan kehidupan baru di alam baka.